Beranda | Artikel
Perjalanan Menuju Negeri Keabadian
Kamis, 8 Maret 2018

Bismillah.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka takutlah kalian akan neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu; yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir.” (al-Baqarah : 24)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian dari api neraka dengan cara bersedekah walaupun hanya dengan separuh biji kurma. Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka dengan kalimat yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu menceritakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Rabbana aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar’ yang artinya, “Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Umar berkata, “Seandainya ada panggilan dari langit; Wahai manusia masuklah kalian semua ke surga kecuali satu orang. Niscaya aku takut apabila satu orang itu adalah diriku.”

Sufyan bin Uyainah berkata, “Allah menciptakan neraka sebagai bentuk rahmat dari-Nya; yaitu untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya agar mereka berhenti dari dosa-dosa.”

Putri ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa engkau tidak tidur sementara orang-orang sudah terlelap tidur?” kata ayahnya, “Sesungguhnya api neraka tidak membiarkan ayahmu untuk tidur.”

Abdullah bin Amr bin al-’Ash radhiyallahu’anhuma berkata, “Sungguh bulan pun menangis karena merasa takut kepada Allah.”

Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Wahai saudara-saudara, tidakkah kalian menangis karena kerinduan kepada Allah ‘azza wa jalla? Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang menangis karena kerinduannya kepada Tuannya niscaya tidak akan dihalangi oleh-Nya untuk memandang kepada-Nya. Wahai saudara-saudara, tidakkah kalian menangis karena takut akan neraka? Ketahuilah, barangsiapa yang menangis karena takut neraka niscaya Allah akan lindungi dia darinya.”

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sebagian orang tidak mau kontinyu dalam beramal. Demi Allah, bukanlah seorang mukmin itu yang beramal sebulan atau dua bulan, setahun atau dua tahun. Tidak demi Allah! Allah tidak menetapkan batas akhir bagi amal seorang mukmin selain kematian.”.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat.

 

Referensi :

at-Takhwif minan naar, al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali

Min Mawa’izh wa Aqwal ash-Shalihin, Hani al-Hajj

 


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/perjalanan-menuju-negeri-keabadian/